geologi

Kamis, 08 Desember 2011

TEKSTUR BATUAN BEKU

 TEKSTUR BATUAN BEKU

Secara umum batuan beku dapat dibedakan dari kenampakan bentuk, ukuran butir dan hubungan kristal mineral-mineralnya atau disebut sebagai tekstur batuan.
Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah:

1. Gelas (glassy)
2. Afanitik (aphanitic)
3. Fanerik (phaneritic)
4. Porfiritik (porphyritic)
5. Piroklastik (pyroclastic)

Gelas (Glassy), tidak berbutir atau tidak mempunyai kristal (amorf). Terjadi akibat magma membeku dengan cepat saat menyentuh atmosfer. Suhu dan tekanan di atmosfer jauh lebih rendah dibandingkan dengan dapur magma. Akibatnya tidak sempat membentuk kristal atau amorf, seperti obsidian. Kadang lava mendingin atau membeku dengan cepatnya sehingga atom-atomnya tidak sempat membentuk mineral, sehingga yang terbentuk ialah mineraloid. Batuan beku luar yang sebagian atau seluruhnya terdiri dari gelas dinamakan obsidian.

Afanitik - (fine grain texture) - (aphanitic dari bahasa Yunani phaneros yang berarti terlihat, dan a yang berarti tidak) dapat diartikan mineral-mineralnya tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Memperlihatkan pembekuan yang cepat namun masih sempat membentuk kristal yang kecil. Melalui pengamatan di bawah mikroskop dapat dikenali sebagai feldspar dan kuarsa.

Faneritik (phaneritic), yang berarti dapat dilihat. Batuan dengan tekstur ini butiran mineralnya dapat dilihat tanpa mikroskop, memperlihatkan besar kristal yang hampir seragam dan saling mengunci (interlock). Bentuk kristal yang besar ini menyatakan bahwa pembekuannya berlangsung sangat lama di bawah permukaan bumi.

Porfiritik, merupakan tekstur yang khusus dimana terdapat campuran antara butiran kasar di dalam massa dengan butiran yang lenih halus. Butiran yang relative sempurna dinamakan fenokrist (phenocrysts), sedangkan butiran yang lebih kecil disebut massa dasar (groundmass). Tekstur porfiritik menunjukkan bahwa magma yang sebagian membeku bergerak ke atas dengan cepat lalu mendingin dengan cepat pula. Sehingga meghasilkan fenokris yang dikelilingi oleh massa dasar. Pegmatite, merupakan batuan beku dalam yang terdiri dari mineral-mineral yang berukuran tidak lazim, besar-besar, sampai 2 cm atau lebih.

Pyroklastik – (dalam bahasa Yunani pyro artinya api dan klastos adalah pecah). Dikatakan pyroklastik jika strukturnya mirip dengan porfiritik namun bila dilihat di bawah mikroskop bahwa butirannya lebih banyak pecah-pecah dari pada saling mengunci. Fragmennya juga bengkok, terpilin dan terdeformasi. Terjadi akibat erupsi ledakan material berukuran debu yang dihembuskan ke atas.

tipe keterdapatan emas

  • Emas dikatakan sebagai logam mulia karena secara kimia emas atau aurum (Au) tergolong dalam kelompok logam Inert (Ag, Au, Pt) yaitu logam yang sulit bereaksi.
  •  Emas juga dikatakan logam mulia karena keterdapatannya di bumi sangat langka dan memiliki genesis yang spesifik.
  • Emas pada umumnya terdapat pada suatu zona hidrotermal dimana pada umunya zona hidrotermal merupakan daerah vulkanis. 
  • Genesis emas sendiri dikatakan bahwa emas berasal dari suatu reservoar yaitu intibumi dimana kemudian air magmatik yang mengandung ion sulfida, ion klorida, dan ion tio kompleks mengangkut logam emas ke permukaan bumi. 
  • Arah aliran dari larutan kimia yang mengandung emas ini pada umumnya seara dengan saluran magma pada gunungapi membentuk urat-urat (vein) emas. 
  • Saat larutan emas terendapkan pada saluran magma yang telah membeku proses hidrotermal yang merupakan kegiatan pos vulkanis terjadi dari kontak air meteorik dengan batuan yang panas atau gerakan air magmatik ke atas dimana keduanya membawa dan melarutkan ion sulfida-klorida-tio kompleks yang menyebabkan emas semakin terendapkan di permukaan bumi.

Rabu, 07 Desember 2011

MINERAL INTAN

INTAN
 
A clear octahedral stone protrudes from a black rock. 

Kategori: Mineral Native
Rumus Kimia: C
Komposisi: Carbon
Sistem Kristal: Isometric
Warna: Bening
Kristal Habit: Octahedral
Kilap: Adamantine
Cerat: Tidak berwarna
Belahan: 
Kekerasan: 10 skala mohs
Tenacity: Brittle
Transparansi: Transparan, Translucent
Pecahan: Chonchoidal
Density: 3,5
Genesis: Kimberlite rocks

MINERAL KORUNDUM

KORUNDUM
 
 
Kategori: Mineral Oksida
Rumus Kimia: Al2O3
Komposisi: Alumunium Oxide
Sistem Kristal: Hexagonal
Warna: Putih, merah, biru, kuning, bening, coklat, pink, orange, abu-abu
Kristal Habit: Tabular
Kilap: Non Logam ( Vitreous )
Cerat: Putih
Belahan: Tidak ada
Kekerasan: 9 skala mohs
Tenacity: Brittle
Transparansi: Transparan, Translucent
Pecahan: Uneven
Density: 4,0
Genesis: Corundum berasosiasi dengan batuan miskin silika (felspatoid).
INTAN

MINERAL TOPAZ

TOPAZ
 
 

Kategori: Mineral Silikat
Rumus Kimia: Al2SiO4(F,OH)2
Komposisi: Alumunium Fluoro-hydroxyl Silicate
Sistem Kristal: Orthorhombic
Warna: Putih, merah, biru, kuning, bening, coklat, pink, orange, abu-abu
Kristal Habit: Tabular
Kilap: Non Logam ( Vitreous )
Cerat: Tidak berwarna
Belahan: 
Kekerasan: 8 skala mohs
Tenacity: Brittle
Transparansi: Transparan, Translucent
Pecahan: Subchoncoidal
Density: 3,5
Genesis: Topaz berasosiasi dengan batuan beku asam seperti granit dan rhyolit

MINERAL KUARSA

KUARSA
 
 
Kategori: Mineral Silikat
Rumus Kimia: SiO2
Komposisi: Silicon Dioxide
Sistem Kristal: Hexagonal
Warna: Putih, merah, biru, kuning, bening, coklat, pink, orange, abu-abu
Kristal Habit: Tabular
Kilap: Non Logam ( Vitreous )
Cerat: Putih
Belahan: tidak ada
Kekerasan: 7 skala mohs
Tenacity: Brittle
Transparansi: Transparan, Translucent
Pecahan: Choncoidal
Density: 2,6
Genesis: banyak ditemukan pada granit dan batuan beku asam lainnya, batuan metamorf dan pada batuan sedimen.

MINERAL ORTHOKLAS

ORTHOKLAS


Kategori: Mineral Silikat
Rumus Kimia: KAlSi3O8
Komposisi: Potassium Alumunium Silicate
Sistem Kristal: Monoklin
Warna: Putih, merah, biru, kuning, bening, coklat, pink, orange, abu-abu
Kristal Habit: Tabular
Kilap: Non Logam ( Vitreous )
Cerat: Putih
Belahan: 2 arah
Kekerasan: 6 skala mohs
Tenacity: Brittle
Transparansi: Transparan, Translucent
Pecahan: Choncoidal, uneven
Density: 2,6
Genesis: banyak ditemukan pada granit dan batuan beku asam lainnya.

MINERAL APATITE

APATITE
 
 
 
Kategori: Mineral Phospate
Rumus Kimia: Ca5(PO4)3(F,Cl,OH)
Komposisi: Calcium Fluoro-chloro-hydroxyl Phospate
Sistem Kristal: Hexagonal
Warna: Putih, merah, biru, kuning, bening, coklat
Kristal Habit: Tabular
Kilap: Non Logam ( Vitreous )
Cerat: Putih
Belahan: 
Kekerasan: 5 skala mohs
Tenacity: Brittle
Transparansi: Transparan, Translucent
Pecahan: Choncoidal
Density: 3,2
Genesis: ditemukan dalam asosiasi dengan pegmatite

MINERAL KALSIT

KALSIT


Kategori: Mineral Carbonate
Rumus Kimia: CaCO3
Komposisi: Calcium Carbonate
Sistem Kristal: Hexagonal
Warna: Putih, Bening, Transparan
Kristal Habit: Granular
Kilap: Non Logam ( Vitreous, pearly )
Cerat: Putih
Belahan: 3 arah
Kekerasan: 3 skala mohs
Tenacity: Brittle
Transparansi: Transparan, opaque, Translucent
Pecahan: Choncoidal
Density: 2,7
Genesis: Dapat ditemukan baik di batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf.

MINERAL FLUORITE

FLUORITE
 
 
Kategori: Mineral Halide
Rumus Kimia: CaF2
Komposisi: Calcium Fluoride
Sistem Kristal: Isometric
Warna: Putih, pink, ungu, merah, biru.
Kristal Habit: Granular
Kilap: Non Logam ( Vitreous )
Cerat: Putih
Belahan: 4 arah
Kekerasan: 4 skala mohs
Tenacity: Brittle
Transparansi: Transparan, Translucent
Pecahan: Choncoidal
Density: 3,3
Genesis: Dapat ditemukan baik di batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf.

MINERAAL GYPSUM

GYPSUM
 
 
Kategori: Mineral Sulfat
Rumus Kimia: CaSO4 · 2H2O
Komposisi: Calcium Sulfate Dihydrate
Sistem Kristal: Monoklin
Warna: Putih, Bening, Transparan
Kristal Habit: Tabular, Masif
Kilap: Non Logam ( Vitreous, silky, waxy, pearly )
Cerat: Putih
Belahan: 2 arah
Kekerasan: 2 skala mohs
Tenacity: Sectile, flexible
Transparansi: Transparan, opaque, Translucent
Pecahan: Uneven, Splintery, Choncoidal
Density: 2,3
Genesis: Deposit sedimen hasil evaporasi

MINERAL TALK

TALK
Kategori: Mineral Silikat
Rumus Kimia: Mg3Si4O10(OH)2
Komposisi: Hydrated Magnesium Silicate
Sistem Kristal: Monoklin
Warna: Putih, abu keputihan, kuning keputihan, coklat kekuningan, hijau pucat
Kristal Habit: Foliated, fibrous
Kilap: Non Logam ( Vitreous, greasy, waxy, pearly )
Cerat: Putih
Belahan: 1 arah
Kekerasan: 1 skala mohs
Tenacity: Sectile
Transparansi: Transparan, opaque
Pecahan: Uneven
Density: 2,78
Genesis: Ditemukan di batuan metamorf jenis ultrabasa. Banyak pula ditemukan pada alterasi hidrothermal

Batuan Beku Luar

- Batuan Beku Luar

  • Batuan beku luar terjadi dari magma yang keluar dari dapur magma membeku di permukaan bumi (seperti magma hasil letusan gunung berapi). Contoh batuan beku luar adalah : basalt, diorit, andesit, obsidin, scoria, batuan apung (bumice).

Batuan Beku (Igneous Rock)

Batuan Beku (Igneous Rock)

  • Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma pijar yang membeku menjadi padat, dengan sekitar 80% material batuan yang menyusun batuan kerak bumi adalah batuan beku. Berdasarkan tempat terbentuknya magma beku. batuan beku dibagi menjadi tiga macam,

Batuan Beku Dalam (Plutonik/Abisik)

Batuan Beku Dalam (Plutonik/Abisik)

  • Batuan beku dalam terjadi dari pembekuan magma yang berlangsung perlahan-lahan ketika masih berada jauh di dalam kulit bumi. Contoh batuan beku dalam adalah granit, diotit, dan gabbro.

batuan sedimen non klastik

Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan sedimenyang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme.
Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik.Menurut R.P. Koesoemadinata, 1980 batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu :
 
A. Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.
B. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
 
C. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.
 
D. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.
 
E. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsur – unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan – batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
 
F. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur – unsur organik yaitu dari tumbuh – tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
( Danang Endarto, 2005 )

batuan sedimen klastik

  • Batuan sedimen klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali detritus atau pecahan batuan asal.
  • Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi (baik oleh angin dan air) menuju suatu cekungan pengendapan. 
  • Setelah pengendapan terjadi, sedimen mengalami pembatuan
  • Pembatuan atau lithifikasi merupakan proses terubahnya materi pembentuk batuan yang lepas (unconsolidated rock forming mineral) menjadi batuan sedimen.
Gambar struktur batuan sedimen klastik sewaktu pengendapan (struktur sutle hummocky)
Pengertian Foto Udara dan Fotogrametri

  • Foto udara atau peta foto adalah Peta foto didapat dari survei udara yaitu melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris tertentu. 
  • Sebagai gambaran pada foto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto miring dan foto miring sekali. Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang pada saat pengambilan objeknya sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi( tolerensi <3o), sedangkan yang disebut dengan foto miring sekali apabila pada foto tersebut horison terlihat. 
  • Untuk foto miring, batasannya adalah antara kedua jenis foto tersebut. Secara umum foto yang digunakan untuk peta adalah foto tegak (Wolf, 1974).
  • Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu obyek serta keadaan di sekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). Bedasarkan definisi tersebut, maka pekerjaan fotogrametri dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a)          Metric fotogrametri
suatu pengukuran yang sangat teliti dengan hitungan-hitungannya untuk menentukan ukuran dan bentuk suatu objek.

b)         Intrepretasi fotogrametri
kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.
Geometri Foto Udara
  • Geometri foto udara pada dasarnya tidak akan selalu berada pada kondisi yang ideal (tegak sempurna), hal tersebut dapat diakibatkan beberapa faktor:
  • Pergerakan wahana, adanya variasi tinggi terbang dan pergerakan rotasi dari pesawat menyebabkan variasi bentuk objek.
  • Pergeseran relief, variasi tinggi permukaan tanah menyebabkan bentuk radial dari objek-objek yang tinggi ekstrim seperti gedung tinggi, tiang listrik, dsb.
  • Foto udara miring, sumbu optik kamera membentuk sudut terhadap arah gaya berat (tidak boleh lebih dari 3o).
  • Overlap dan Sidelap, besaran overlap dan sidelap (60% untuk overlap dan 30% untuk sidelap) menyebabkan paralaks pada foto.
  • Crab & Drift, pengaruh angin yang mendorong badan pesawat menyebabkan penyimpangan pemotretan dari rencana jalur terbang membuat variasi posisi dan bisa menimbulkan gap.
Geometri foto udara pada dasarnya tidak akan selalu berada pada kondisi yang ideal (tegak sempurna),  hal tersebut dapat diakibatkan beberapa faktor:
a)   Pergerakan wahana, adanya variasi tinggi terbang dan pergerakan rotasi
dari pesawat menyebabkan variasi bentuk objek;

b)   Pergeseran relief, variasi tinggi permukaan tanah menyebabkan bentuk
radial dari objek-objek yang tinggi ekstrim seperti gedung tinggi, tiang
listrik, dsb;

c)  Foto udara miring,  sumbu optik kamera membentuk sudut terhadap
arah gaya berat (tidak boleh lebih dari 3o);

d)  Overlap dan Sidelap,  besaran overlap dan sidelap (60% untuk overlap
dan 30% untuk sidelap) menyebabkan paralaks pada foto;

e)  Crab & Drift, pengaruh angin yang mendorong badan pesawat
menyebabkan penyimpangan pemotretan dari rencana jalur terbang
membuat variasi posisi dan bisa menimbulkan gap;

SKALA FOTO UDARA

Skala Foto Udara

Pengertian skala foto udara adalah perbandingan jarak pada foto udara dengan jarak di permukaan bumi
Penentuan skala:
S = f/H
Keterangan :
S : skala                                                                       f : panjang fokus lensa
h : tinggi

TAHAPAN MELAKSANAKAN FOTO UDARA

III. Tahapan Pelaksanaan Foto Udara
  • Tahapan Umum
  • Menentukan Peta dasar
  • Menentukan Peta kerja
  • Menentukan Prosedur analisa manual dan otomatis
  • Menentukan Str Geospasial untuk (Industri, Perencanaan, sesuai tujuan pemetaan)
  • Menentukan Akurasi
  • Kriteria Akurasi Horisontal…
  • Kriteria Akurasi Vertikal…
  • Kriteria Akurasi dalam Labeling…
  • Menentukan data – data yang dibutuhkan
  • Peta dan Skala basis data
  • Model data dan Model Permukaan Medan (tentukan model yang paling sesuai dengan penelitian )
  • Kontur digital
  • Mass Points
  • Breaklines
  • Triangulated Irregular Netorks
  • Digital elevation Models (DEMs)
  • Akurasi Vertikal
  • Akurasi Vertikal sebagi vungsi Akurasi Horisontal
  • Akurasi vertikal sebagai fungsi dari Resolusi Horisontal
  • Menentukan:
  • Tipe, ukuran dan buffer file citra
  • Area pemetaan
  • Cross section/Penampang melintang
  • Struktur Hidrolik
  • Format Data
  • Elevasi Data yang berkaitan dengan aspek hidrologis
  • Titik Kontrol
  • Menentukan sistem referensi spasial
  • Menentukan Kontrol horisontal
  • Menentukan kontrol vertikal
  • Survey lapangan
  • Survey kontrol fotogrametrik
  • Survey cross section
  • Survey checkpoint
  • Survey pencatatan data lapangan pendudung
  • Survey Fotogrametrik
  • Survey fotoudara
  • Survey Triangulasi
  • Georeferencing langsung
  • Ekstraksi informasi fotogrametrik
  • Cross section
  • Kontur
  • Aspek planimetrik lainnya
  • Kontrol Kualitas
  • Membarui Informasi Banjir (terhadap space-time)
  • Frekuensi banjir
  • Tahap bajir
  • Membarui Peta Banjir
  • Membuat Representasi digital 3D Permukaan Lahan
  • Membuat Representasi digital 3D Permukaan Banjir (ini kunci yang menentukan keberhasilan simulasi )
  • Manajement Data
  • Analisa Limitasi dan Oportuniti dari studi yang lakukan

ANALISI GEOMORFOLOGI DENGAN FOTO UDARA

II. Analisis Geomorfologi dengan Foto Udara

  • Penginderaan jauh berkembang sangat pesat, salah satunya adalah pengunaan foto udara sebagai pengumpul data dan pemberi informasi yang tepat, cepat dan akurat dalam mempelajari geologi. Foto udara digunakan melakukan analisis geomorfologi, untuk mempelajari bentuk-bentuk lahan dan bentang alam.
  • Analisis geomorfologi yang dilakukan pada dasarnya berkaitan dalam menentukan tingkat pengaruh struktur dan litologi pada suatu batuan yang berkembang menjadi morfologi.
  • Analisis tersebut meliputi analisis pola penyaluran, bentuk lahan, pola patahan dan rona. 
  • Analisis pola penyaluran merupakan langkah yang paling utama dalam mempelajari geomorfologi, dengan memperhatikan tekstur dari pola penyaluran tersebut.
  • Namun, analisis-analisis lain juga mempunyai peranan yang penting dalam mendukung interpretasi geomorfologi secara keseluruhan.
  • Pengetahuan geomorfologi dan analisis bentuk lahan dapat diaplikasikan pada pelbagai bidang, misalnya aplikasi geomorfologi pada bidang pertanian, khususnya ilmu tanah dan pelbagai bidang teknik sipil atau kontruksi bangunan. 
  • Proses geomorfik merupakan faktor sangat penting yang menentukan proses pembentukan dan perkembangan tanah. 
  • Batas unit sebaran jenis tanah di lapang sering sejajar dengan batas unit bentuk lahan, sehingga hasil analisis suatu bentuk lahan sangat membantu dalam pekerjaan survai tanah dan evaluasi kesesuaian lahan, khususnya dalam hal pembatasan unit tanah atau lahan untuk kegunaan tertentu.
  • Proses geomorfik sangat dipengaruhi oleh struktur geologi kerak bumi pada landform tersebut berada. 
  • Bukti terjadinya perubahan atau proses geologis itu tampak atau membekas (in print) pada landform yang terbentuk oleh proses itu.
  • Proses geologis yang telah dan sedang terjadi yang dapat dikenali dari kharakteristik landform dan merupakan informasi penting bagi perencanaan atau desain pembuatan konstruksi jalan, jembatan, bendungan dan sebagainya.

INTERPRETASI FOTO UDARA

I. Interpretasi Foto Udara

  • Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh data dan informasi tentang suatu objek serta keadaan disekitarnya melalui suatu proses pencatatan, pengukuran dan interpretasi bayangan fotografis (hasil pemotretan). 
  • Salah satu bagian dari pekerjaan fotogrametri adalah interpretasi foto udara.
  • Oleh karena itu dengan adanya praktikum tentang interpretasi foto udara  dan pembuatan peta tutupan lahan kali ini diharapkan mahasiswa Program Studi Teknik Geodesi mampu melakukan interpretasi foto udara dengan menggunakan prinsip-prinsip interpretasi yang benar serta dilanjutkan dengan pembuatan peta tutupan lahan. 
  • Adapun prinsip yang digunakan dalam interpretasi foto terdiri dari 7 (tujuh) kunci interpretasi yang meliputi : bentuk, ukuran, pola, rona, bayangan, tekstur, dan lokasi. 
  • Dengan beracuan pada 7 (tujuh) kunci tersebut maka kita dapat mengidentifikasi dengan jelas objek yang sebenarnya.
  • Interpretasi foto udara merupakan kegiatan menganalisa citra foto udara dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menilai objek pada citra tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip interpretasi. Interpretasi foto merupakan salah satu dari macam pekerjaan fotogrametri yang ada sekarang ini. Interpretasi foto termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan pengenalan dan identifikasi suatu objek.
  • Dengan kata lain interpretasi foto merupakan kegiatan yang mempelajari bayangan foto secara sistematis untuk tujuan identifikasi atau penafsiran objek. Interpretasi foto biasanya meliputi penentuan lokasi relatif dan luas bentangan.
  • Interpretasi akan dilakukan berdasarkan kajian dari objek-objek yang tampak pada foto udara. Keberhasilan dalam interpretasi foto udara akan bervariasi sesuai dengan latihan dan pengalaman penafsir, kondisi objek yang diinterpretasi, dan kualitas foto yang digunakan.
  • Penafsiran foto udara banyak digunakan  oleh berbagai disiplin ilmu dalam memperoleh informasi yang digunakan. Aplikasi fotogrametri sangat bermanfaat diberbagai bidang. 
  • Untuk memperoleh jenis-jenis informasi spasial diatas dilakukan dengan teknik interpretasi foto/citra,sedang referensi geografinya diperoleh dengan cara fotogrametri. 
  • Interpretasi foto/citra dapat dilakukan dengan cara konvensional atau dengan bantuan komputer. 
  • Salah satu alat yang dapat digunakan dalam interpretasi konvensional adalah stereoskop dan alat pengamatan paralaks yakni paralaks bar.
  • Didalam menginterpretasikan suatu foto udara diperlukan pertimbangan pada karakteristik dasar citra foto udara.
  • Dan dapat dilakukan dengan dua cara yakni cara visual atau manual dan pendekatan digital.
  • Keduanya mempunyai prinsip yang hampir sama. 
  • Pada cara digital hal yang diupayakan antara lain agar interpretasi lebih pasti dengan memperlakukan data secara kuantitatif. 
  • Pendekatan secara digital mendasarkan pada nilai spektral perpixel dimana tingkat abstraksinya lebih rendah dibandingkan dengan cara manual. 
  • Dalam melakukan interpretasi  suatu objek atau fenomena digunakan sejumlah  kunci dasar interpretasi atau elemen dasar interpretasi.
  • Dengan karakteristik dasar citra foto dapat membantu serta membedakan penafsiran objek – objek yang tampak pada foto udara. Berikut tujuh karakteristik dasar citra foto yaitu :

Bentuk
Bentuk berkaitan dengan bentuk umum, konfigurasi atau kerangka suatu objek individual. Bentuk agaknya merupakan faktor tunggal yang paling penting dalam pengenalan objek pada citrta foto.

Ukuran
Ukuran objek pada foto akan bervariasi sesuai dengan skala foto. Objek dapat disalahtafsirkan apabila ukurannya tidak dinilai dengan cermat.

Pola
Pola berkaitan susunan keruangan objek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau keterkaitan merupakan karakteristik banyak objek, baik alamiah maupun buatan manusia, dan membentuk pola objek yang dapat membantu penafsir foto dalam mengenalinya.

Rona
Rona mencerminkan warna atau tingkat kegelapan gambar pada foto.ini berkaitan dengan pantulan sinar oleh objek.

Bayangan
Bayangan penting bagi penafsir foto karena bentuk atau kerangka bayangan menghasilkan suatu profil pandangan objek yang dapat membantu dalam interpretasi, tetapi objek dalam bayangan memantulkan sinar sedikit dan sukar untuk dikenali pada foto, yang bersifat menyulitkan dalam interpretasi.

Tekstur
Tekstur ialah frekuensi perubahan rona dalam citra foto. Tekstur dihasilkan oleh susunan satuan kenampakan yang mungkin terlalu kecil untuk dikenali secara individual dengan jelas pada foto. Tekstur merupakan hasil bentuk, ukuran, pola, bayangan dan rona individual. Apabila skala foto diperkecil maka tekstur suatu objek menjadi semakin halus dan bahkan tidak tampak.

Lokasi
Lokasi objek dalam hubungannya dengan kenampakan lain sangat bermanfaat dalam identifikasi.

SKALA MOHS PART 2

1. Talk (talc)
picture41Berwarna putih, kelabu, atau kecoklatan, tak pernah ditemukan dalam bentuk kristal, merupakan produk alterasi magnesium silikat pada batuan ultramafik dan metasomatisme pada marmer dolomitik. Talk dipakai pada industri kertas, cat, karet, kosmetik, tekstil dan bubuk talk.
.
.

2. Gipsum (gypsum)
picture71
Berwarna putih, tak berwarna, hingga kekuningan, dapat larut dalam HCL dan air panas, terbentuk dari presipitasi mataair panas, air asin, atau sublimasi dari fumarol, terkadang berpendar jika terkena sinar ultraviolet, banyak digunakan untuk membuat plester Paris dan juga campuran dalam membuat semen.
.

3. Kalsit (calcite)
picture8
Warnanya bervariasi, terdapat dalam gua kapur sebagai stalaktit dan stalakmit atau pada urat hidrotermal temperatur rendah yang berasosiasi dengan sulfida, merupakan penyusun utama batu kapur dan marmer, terbentuk dari evaporasi larutan kalsium bikarbonat atau air laut, dan dari sisa-sisa organisme yang bersifat gampingan.
.
4. Fluorit (fluorite)
picture6Berbentuk kubik, warnanya sangat bervariasi mulai dari tidak berwarna hingga hitam, tidak larut dalam air, jika terkena sinar ultraviolet akan menimbulkan fluorescent, dapat ditemukan pada urat hidrotermal temperatur sedang hingga tinggi atau hasil dari sublimasi batuan vulkanik.
.
.
5. Apatit (apatite)
picture10Tak berwarna hingga berwarna kuning, hijau dan coklat, beberapa jenis apatit bisa kehilangan warnanya jika dipanaskan, dan ada pula yang berpendar jika terkena sinar ultraviolet. Terdapat di semua jenis batuan, stabil hampir di setiap lingkungan, banyak ditambang untuk pupuk, serta merupakan penyusun utama pada gigi.
.
6. Feldspar (feldspars)
picture9Merupakan kelompok mineral yang terdiri dari plagioklas, potasium feldspar, dan feldspatoid dengan masing-masing anggotanya. Plagioklas merupakan feldspar yang mengandung Kalsium dan Natrium. Potasium feldspar merupakan feldspar yang mengandung Kalium. Sedangkan feldspatoid merupakan feldspar yang kekurangan silika. Terbentuk langsung dari kristalisasi magma, merupakan salah satu komponen mineral yang paling penting dalam menentukan nama batuan beku, serta dalam menentukan derajat pelapukan dan tingkat alterasi batuan.
7. Kuarsa (quartz)
picture3Salah satu mineral paling umum di Bumi. Dalam kondisi murni, kuarsa tidak berwarna, tetapi dapat beraneka warna tergantung pengotornya. Kuarsa berwarna ungu disebut ametist (kecubung), warna kuning disebut citrine, warna merah muda disebut rose, warna putih disebut milky quartz sedangkan warna hitam disebut smoky quartz. Terbentuk langsung dari kristalisasi magma atau dari sisa organisme tertentu. Stabil di berbagai lingkungan dan paling tahan terhadap pelapukan.
8. Topaz (topaz)
picture21Terbentuk pada suhu yang tinggi dan memiliki beragam warna, tergantung pada jumlah fluorin yang ada ketika mineral ini terbentuk. Dapat ditemukan pada pegmatit, granit, riolit dan beberapa urat hidrotermal temperatur tinggi. Banyak digunakan sebagai permata.
.
.
9. Korundum (corundum)
picture53Umumnya berwarna abu-abu atau coklat, yang berwarna merah dinamakan rubi sedangkan yang berwarna biru disebut safir. Dapat dibuat menjadi alat ampelas yang bagus atau batu permata yang sangat mahal, terbentuk pada batuan metamorf derajat tinggi, kaya aluminium, dan sedikit silika.
.
.
10. Intan (diamond)
picture111Hanya terdiri dari karbon (carbon) seperti grafit tetapi memiliki ikatan yang sangat kuat, warnanya bisa bermacam-macam, mulai dari tak berwarna hingga berwarna hitam. Dapat ditemukan pada batuan ultramafik khususnya kimberlit, atau pada material endapan sungai.
.

SISTEM TRIKLIN

7. Sistem Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Gambar 7 Sistem Triklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
Sistem ini dibagi menjadi 2 kelas:
  • Pedial
  • Pinakoidal
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)

SISTEM MONOKLIN

6. Sistem Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
Gambar 6 Sistem Monoklin
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
  • Sfenoid
  • Doma
  • Prisma
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,  malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992)

SISTEM ORTHORHOMBIK

5. Sistem Orthorhombik
Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang berbeda.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga sudutnya saling tegak lurus (90˚).
Gambar 5 Sistem Orthorhombik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas:
  • Bisfenoid
  • Piramid
  • Bipiramid
Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite (Pellant, chris. 1992)

SISTEM TRIGONAL

4. Sistem Trigonal
Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya, bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam, kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Gambar 4 Sistem Trigonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
  • Trigonal piramid
  • Trigonal Trapezohedral
  • Ditrigonal Piramid
  • Ditrigonal Skalenohedral
  • Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah  tourmaline dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977)

SISTEM HEXAGONAL

3. Sistem Hexagonal
Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Gambar 3 Sistem Hexagonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚ terhadap sumbu b+.
Sistem  ini dibagi menjadi 7:
  • Hexagonal Piramid
  • Hexagonal Bipramid
  • Dihexagonal Piramid
  • Dihexagonal Bipiramid
  • Trigonal Bipiramid
  • Ditrigonal Bipiramid
  • Hexagonal Trapezohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori, Arlondo. 1977)

SISTEM TETRAGONAL

2. Sistem Tetragonal
Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Gambar 2 Sistem Tetragonal
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem tetragonal dibagi menjadi 7 kelas:
  • Piramid
  • Bipiramid
  • Bisfenoid
  • Trapezohedral
  • Ditetragonal Piramid
  • Skalenohedral
  • Ditetragonal Bipiramid
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992)

SISTEM ISOMETRIK

1. Sistem Isometrik
Sistem ini juga disebut sistem kristal regular, atau dikenal pula dengan sistem kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada 3 dan saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b = c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Gambar 1 Sistem Isometrik
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 3. Artinya, pada sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem isometrik dibagi menjadi 5 Kelas :
  • Tetaoidal
  • Gyroida
  • Diploida
  • Hextetrahedral
  • Hexoctahedral
Beberapa contoh mineral dengan system kristal Isometrik ini adalah gold, pyrite, galena, halite, Fluorite (Pellant, chris: 1992)

batuan beku

  • Batuan beku adalah  batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma.  
  • Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi atau bagian bawah kerak bumi, 
  • bersuhu tinggi (900 – 1300 oC) serta mempunyai kekentalan tinggi,
  • bersifat mudah bergerak dan cenderung menuju ke permukaan bumi.

sistem kristal

Sistem Kristal
Sistem kristal digolongkan menjadi 7 macam sistem. Sampai saat ini belum ada penemuan mineral yang memiliki sistem kristal selain ke-7 sistem tersebut. Penggolongan system kristal didasarkan pada tiga hal, yaitu:
1. Jumlah sumbu kristal,
2. Letak sumbu kristal satu dengan yang lain,
3. Parameter yang digunakan untuk masing-masing sumbu kristal.
      4. Nilai (simetri) sumbu c atau sumbu vertikal.

Adapun ke tujuh sistem kristal tersebut masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelas adalah:
1. Sistem isometrik, dibagi menjadi lima kelas.
2. Sistem tetragonal, dibagi menjadi tujuh kelas.
3. Sistem rombik/rombis, dibagi menjadi tiga kelas.
4. Sistem heksagonal, dibagi menjadi tujuh kelas.
5. Sistem trigonal, dibagi menjadi lima kelas.
6. Sistem monoklin, dibagi menjadi tiga kelas.
       7. Sistem triklin, dibagi menjadi dua kelas.

definisi mineral

Mineralogi
Merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, antara lain sifat-sifat fisik, sifat kimia, keterdapatannya, cara terjadinya dan keguanaannya.
DEFINISI MINERAL
Menurut L.G. Berry & B. Mason 1959
Mineral = Benda padat homogen terdapat di alam terbetun secara anorganik, mempunyai komposisi kimia tertentu & mempunyai susunan atom yg teratur.
Menurut D.G.A. Whitten & J.R.V. Brooks 1972
Mineral = Bahan padat dgn struktur homogen mempunyai kompisisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yg anorganik.
Menurut A.W.R. Potter & H. Robinson 1977
Mineral = zat atau bahan yg homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
BATASAN-BATASAN MINERAL
Suatu Bahan Alam
Bahan terbentuk secara alamiah bukan dibuat oleh manusia.
Mempunyai sifat fisik & kimia tetap
Sifat fisik : warna, kekerasan, belahan, perwakan, pecahan
Sifat kimia : nyata api terhadap api oksidasi/api reduksi, pengarangan
Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yg tetap
Unsur tunggal : Diamond (c), Native silver (Ag) dll
Unsur senyawa : Barit (BaSO4), Magnetite (Fe3O4), Zircon(ZrSiO4)
Unsur senyawa kimia komplek :
- Epistolite – (NaCa) (CbTiMgFeMn) SiO4(OH)
- Polymignyte – (CaFeYZrTh) (CbTiTa) O4
Anorganik
Mineral bukan hasil dari suatu kehidupan.
ada beberapa mineral hasil kehidupan = mineral organik Contoh : Coal, Asphal
Homogen
Mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses
fisika.
Berupa padat, cair dan gas.
Zat Padat : Kwarsa SiO2, Barite BaSO4
Zat Cair : Air raksa HgS, Air H2O
Gas : H2S, CO2, CH4

definisi kristal

  • Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi.

SKALA MOHS

  • Skala 1 Mohs : Talk, mudah digores dengan kuku ibu jari
  • Skala 2 Mohs: GIPS, mudah digores dengan kuku ibu jari
  • Skala 3 Mohs: Kalsit, mudah digores dengan pisau
  • Skala 4 Mohs: Fluorit, mudah digores dengan pisau
  • Skala 5 Mohs: Apatit, dapat dipotong dengan pisau (agak sukar)
  • Skala 6 Mohs:Ortoklas, dapat dicuwil tipis-tipis dengan pisau dibagian pinggir
  • Skala 7 Mohs:Kwarsa, Zamrud, Hematite dapat menggores kaca
  • Skala 8 Mohs:Topaz, dapat menggores kaca
  • Skala 9 Mohs: Ruby, Safir, Korundum, dapat mengores topaz (batu permata delima, corak biru batu nilam/safir)
  • Skala 10 Mohs: Intan, dapat menggores korundum Bentuk Kristal Intan ialah benda padat besisi delapan (OKTAHEDRON)